Solo
sebagai salah satu Kota Batik memiliki beraneka ragam motif batik yang terus
diproduksi secara turun menurun. Semakin berkembangnya teknologi, beragam
teknik pembuatan juga dilakukan, mulai dari teknik batik tulis, batik cap
maupun batik printing. Kampung Batik Laweyan dan Kauman menjadi dua daerah yang
dikenal sebagai sentra kerajinan batik di Surakarta.
Ada
ratusan bahkan ribuan jenis motif batik yang ada di Solo, baik motif batik
tradisional maupun motif batik dengan desain baru. Beberapa motif batik
tradisional di Solo yang paling populer diantaranya adalah :
1. Motif Parang
Sebagaimana
yang dikutip dari wikipedia.org, Batik Parang merupakan salah satu motif batik yang paling
tua di Indonesia. Parang berasal dari kata Pereng yang berarti lereng. Perengan
menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan
motif S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar
huruf S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat yang tidak
pernah padam. Batik ini merupakan batik asli Indonesia yang sudah ada sejak
zaman keraton Mataram Kartasura (Solo).
Makna
yang terkandung dalam Batik Parang ini adalah tentang nasihat agar seseorang
yang mengenakan tidak pernah menyerah, kokoh seperti batu karang yang
selalu diterjang ombak lautan. Selain itu, batik parang juga memberi gambaran
tentang jalinan yang tidak pernah putusdalam upaya memperbaiki diri,
memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga
Motif Parang
2. Motif Kawung
Batik
kawung memiliki motif yang cukup sederhana, terbentuk dari pola bulatan mirip
buah Kawung, sejenis buah kelapa atau yang disebut buah kolang-kaling.
Motif hiasan yang berupa rangkaian kombinasi lingkaran
ini disusun berjejer rapi secara simetris dan geometris.
Motif
batik kawung banyak dimaknai sebagai gambar bunga teratai dengan
empat lembar daun bunga yang merekah. Bagi orang Jawa bunga teratai sering
diartikan sebagai umur yang panjang dan juga kesucian.
Pada
masa lalu, motif batik kawung biasanya hanya boleh dipakai oleh kalangan
kerajaan. Dengan mengenakan motif batik kawung ini, ia dapat mencerminkan
kepribadian sebagai seorang pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu dan
menjaga hati nurani.
Motif Kawung
3. Motif Sawat
Batik
motif sawat berasal dari kata sawat atau sayap,
adapula yang berpendapat bahwa kata sawat berasal dari kata syahwat atau
nafsu. Motif ini dahulu dianggap sangat sakral dan hanya dipakai oleh raja
dan keluarganya. Motif bentuk sayap yang disusun sedemikian rupa ini sering
dimaknai sebagai burung garuda kendaraan Dewa Wisnu yang melambangkan kekuasaan
atau raja.
Motif Batik sawat ini hingga kini masih sering digunakan oleh
pasangan pengantin dalam acara prosesi pernikahan, filosofi batik sawat diyakni
bisa melindungi kehidupan pemakainya.
Motif Sawat
4. Motif Sidomukti
Motif sidomukti ini merupakan
salah satu motif yang paling mudah ditemukan di pasaran karena popular
motifnya. Motif sidomukti ini kebanyakan dipergunakan untuk pakaian adat
pengantin jawa khususnya masyarakat di solo.
Sidomukti berasal dari kata sido dan mukti.Sido yang berarti jadi, berkesinambungan, terus menerus dan mukti yang berarti berkecukupan, hidup
makmur atau sejahtera.
Dengan mengenakan motif ini, kedua
mempelai dimaksudkan agar dalam mengarungi kehidupannya dapat selalu bahagia
dan dilimpahkan rejeki. Motif ini menggambarkan sebuah harapan suatu kehidupan
masa depan yang lebih baik, penuh kebahagiaan dan kesejahteraan, tanpa
melupakan Tuhan yang telah memberi kehidupan.
Motif Sidomukti
5. Motif
Truntum
Motif sidomukti sering di pakai untuk pasangan
pengantin, lain halnya dengan motif truntum yang dipakai oleh orang tua
mempelai. Kata truntum memiliki makna sebagai penuntun sehingga orang tua
diharapkan selalu dijadikan sebagai penuntun, panutan atau contoh yang baikbagi
anaknya dalam mengarungi hidup baru.
Pencipta motif truntum yaitu Kanjeng Ratu Kencana
(Permaisuri Sultan Paku Buwana III) memiliki makna cinta yang tumbuh kembali.
Beliau menciptakan motif ini sebagai symbol cinta yang tulus tanpa syarat,
abadi dan semakin lama semakin subur dan berkembang (tumaruntum). Harapannya
adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai.
Motif Truntum
6. Motif
Satrio Manah
Motif Satrio Manah sering di pakai
oleh wali pengantin pria saat melakukan prosesi lamaran atau meminang mempelai wanita.
Makna dari motif ini adalah agar dalam lamaran dapat diterima oleh pihak calon
pengantin wanita beserta keluarganya.
Selain digunakan oleh wali
pengantin pria,motif ini juga sering di pakai oleh calon pengantin pria saat
melamar. Sesuai dengan arti kata, motih ini diartikan sebagai ksatria yang
membidik pasangannya dengan busur dan panah.
Motif Satrio Manah
7. Motif
Semen Rante
Semen rante berasal dari kata
semen/semi yang berarti tumbuh dan kata rante berarti rantai yang melambangkan
hubungan erat dan mengikat menggambarkan sebuah makna ikatan yang kokoh. Motif
batik semen rante sering dipakai oleh mempelai perempuan saat dipinang oleh
pria pujaan hatinya yang mengenakanmtif batik satrio manah.
Motif semen rante ini, pihak pengantin wanita
mengkomunikasikan pada pasangannya bahwa pengantin wanita menginginkan sebuah
ikatan yang kuat dan kokoh sehingga tidak dapat dipisahkan. Jaman dahulu bila
pihak calon mempelai wanita memakai motif batik semen rante maka bias di
pastikan bahwa apapun lamarannya sudah pasti diterima.
Motif Semen Rante
Sumber
: http :batik-tulis.com/blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar